: .quickedit{ display:none; }

Selasa, 25 Agustus 2009

PENGEMBANGAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGEMBANGAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bambang Yulianto
Universitas Negeri Surabaya

A.Pendahuluan
Selaras dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional), melalukan tindakan meneliti merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, yang pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang profesional. Upaya tersebut dilakukan dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, seperti melalui peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembel-ajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas guru untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan kedua kemampuan tersebut akan bermuara pada peningkatan profesionalisme guru.
Pada umumnya penelitian dirancang dengan pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat teoretis akademik. Model rancangan yang demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Mutu Berbasis Sekolah (MMBS). Pendekatan MMBS yang menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu, inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavors for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.
Di samping itu, MMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan di antara pihak-pihak terkait sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitian pun sudah selayaknya dikelola berdasarkan prinsip kemitraan yang sehat (kolaboratif) sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersumber dari permasalahan nyata yang dihadapi guru di kelas, masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan dapat diaktualisasikan secara sistematis. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru-siswa di sekolah. PTK manawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti dan sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif (collaborative).
Sebagai sebuah tindakan nyata di kelas, dalam kerangka yang lebih luas pelaksanaan PTK oleh guru (dapat berkolaborasi dengan dosen LPTK) bertujuan (a) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (b) membantu guru mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas; (c) meningkatkan sikap profesionalitas guru; (d) menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (e) meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan PTK; dan (f) meningkatkan kerja sama profesional antara guru dan dosen LPTK.

B. Rancangan Penelitian
Secara umum proposal PTK disusun dengan muatan sistematika berikut: judul penelitian, bidang kajian, pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penelitian, cara pemecahan masalah, hipotesis tindakan, kontribusi penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, jadwal penelitian, personalia penelitian, daftar pustaka, dan lampiran.

1. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Perhatikan judul penelitian berikut.
(1) Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas 7 SMP YPM Sepanjang Sidoarjo Tahun 2008/2009
(2) Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 8 SMP Negeri I Surabaya
(3) Efektivitas Penggunaan Strategi Tabaja dalam Pembelajaran Membaca Lanjut pada Siswa Kelas 9 SMP Kusuma Bangsa Nganjuk
Apakah seluruh judul di atas telah memenuhi kriteria judul PTK di atas? Pada judul (1), Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas 7 SMP YPM Sepanjang Sidoarjo Tahun 2008/2009, kita dapat melihat bahwa unsur yang terdapat dalam judul adalah masalah yang akan diteliti, yakni kemampuan mengapresiasi puisi (itu pun kalau boleh disebut masalah; yang jelas itu adalah fokus/objek penelitian yang mungkin merupakan masalah penelitian). Sementara itu, unsur tindakan untuk menyelesaikan masalah tidak tampak. Pada judul (2), Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 8 SMP Negeri I Surabaya, kita melihat hal yang sama, yakni unsur masalah yang akan diteliti, yakni keterampilan berbicara dan unsur tindakan untuk menyelesaikan masalah juga tidak tampak, seperti halnya pada judul (1). Pada judul (3), Efektivitas Penggunaan Strategi Tabaja dalam Pembelajaran Membaca Lanjut pada Siswa Kelas 9 SMP Kusuma Bangsa Nganjuk, kita dapat melihat unsur tindakan untuk menyelesaikan masalah, yaitu penggunaan Strategi Tabaja, namun unsur masalahnya belum tampak.
Berdasarkan hal itu, tidak satu pun judul di atas yang memenuhi kriteria judul PTK. Lalu, bagaimana seharusnya? Untuk itu, perhatikan judul penelitian berikut sebagai bandingan.
(4) Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penggunaan Strategi Tabaja pada Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
(5) Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 melalui Penggunaan Strategi Tabaja
(6) Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penggunaan Strategi Tabaja pada Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
(7) Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 melalui Penggunaan Strategi Tabaja
(8) Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penggunaan Strategi Tabaja pada Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
(9) Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 melalui Penggunaan Strategi Tabaja
(10) Penggunaan Strategi Tabaja dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
(11) Penggunaan Strategi Tabaja dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
Pada judul penelitian (4)—(11) kita dapat melihat ada dua unsur utama, yaitu gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Masalah yang tampaknya muncul adalah bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri Ponorogo Tahun 2008/2009 rendah. Karena itu, rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa tersebut akan diperbaiki dengan penerapan strategi Tabaja. Penerapan strategi Tabaja inilah yang merupakan unsur kedua, yaitu tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Meskipun redaksinya berbeda-beda antara judul yang satu dengan lainnya, judul (4)—(11) di atas mengandung dua unsur, yaitu gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, judul (4)—(11) di atas memenuhi kriteria judul PTK yang baik.
Berdasarkan hal itu, judul PTK hendaknya menggambarkan (a) masalah yang akan diteliti, (b) tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi, (c) subjek penelitian, (d) waktu penelitian, dan (e) tempat penelitian.

2. Bidang Kajian
Bidang kajian dalam PTK dapat dikelompokkan ke dalam lima, yaitu (a) masalah belajar siswa sekolah, (b) desain dan strategi pembelajaran di kelas, (c) alat bantu, media, dan sumber belajar, (d) sistem evaluasi, serta masalah kurikulum. Yang termasuk dalam bidang kajian masalah belajar siswa sekolah adalah masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, atau miskonsepsi materi pembelajaran yang diterapkan di kelas. Dalam bidang kajian desain dan strategi pembelajaran di kelas terdapat tema penelitian masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi belajar (guru-siswa, siswa-siswa, siswa-sumber belajar, siswa-media belajar) di dalam kelas, dan sebagainya. Pada bidang kajian alat bantu, media, dan sumber belajar terdapat topik penelitian masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, dan sebagainya. Sementara itu, untuk bidang kajian sistem evaluasi, guru dapat mengembangkan penelitian dengan tema, antara lain menyangkut masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi, dan sebagainya. Pada bidang kajian masalah kurikulum, terdapat tema yang antara lain menyangkut masalah implementasi KBK, urutan bahan dalam Standar Isi, lingkungan pembelajaran, dan sebagainya.
Bidang kajian ini kadang-kadang hanya diperlukan untuk lembar pengesahan pada proposal PTK yang didanai oleh sponsor tertentu.


3. Pendahuluan
PTK pada dasarnya dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Karena itu, dalam Pendahuluan harus dikemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
Berdasarkan hal itu, pada bagian ini harus diungkapkan studi pendahuluan yang dilakukan sehingga diketahui permasalahan nyata di kelas yang akan diteliti dan selanjutnya dicarikan solusi pemecahannya. Kapan, di mana, hasilnya apa (data empiris), dan siapa yang melakukan studi pendahuluan perlu dinyatakan pada bagian Pendahuluan ini.
Setelah diagnosis (identifikasi) masalah penelitian dilakukan, selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab masalah tersebut. Dalam hal ini perlu juga digambarkan situasi kolaboratif antaranggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Di samping itu, prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan identifikasi (inventarisasi) perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

4. Perumusan Masalah
Arah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
Pada judul (4), yakni Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penggunaan Strategi Tabaja pada Siswa Kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009, misalnya, kita dapat mengajukan rumusan masalah berikut.
Rumusan Masalah Umum:
Apakah penggunaan strategi Tabaja dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009?

Karena dalam PTK orientasinya bukan hanya pada hasil belajar semata-mata, melainkan justru lebih banyak terarah pada proses belajar mengajar, rumusan masalah umum di atas dapat dirinci berdasarkan sudut pandang tertentu. Seandainya, kita melihat bahwa proses pembelajaran selalu menyangkut tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan hal itu, rumusan masalah umum di atas dirinci menjadi rumusan masalah khusus.

Rumusan Masalah Khusus:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009?
a. Bagaimana keterlaksanaan rencana pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut?
b. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut?
c. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut?
d. Faktor pendukung serta penghambat apa yang ditemukan dalam dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut?
3. Bagaimanakah kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009?
a. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 sebelum diterapkan strategi Tabaja?
b. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 setelah diterapkan strategi Tabaja?

5. Tujuan Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dilakukan dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Apabila pada perumusan masalah terdapat masalah umum dan khusus, pada pernyataan tujuan harus pula dibagi dalam dua bagian, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Apabila perumusan masalah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan karena di dalamnya terkandung inti persoalan yang ngin dicari jawabannya, tujuan penelitian merupakan jawaban terhadap pertanyaan rumusan penelitian. Karena itu, tujuan penelitian dipaparkan dalam bentuk kalimat pernyataan (deklaratif) dan harus sejalan dengan perumusan masalah.
Berdasarkan hal itu, tujuan penelitian dari perumusan masalah yang dicontohkan di atas adalah sebagai berikut.
Tujuan Umum Penelitian:
mendeskripsikan (menggambarkan) penggunaan strategi Tabaja dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009


Tujuan Khusus Penelitian:
1. mendeskripsikan perencanaan pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
2. mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
a. mendeskripsikan keterlaksanaan rencana pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut
b. mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut
c. mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut
d. Faktor pendukung serta penghambat apa yang ditemukan dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Tabaja tersebut
3. mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009
a. mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 sebelum diterapkan strategi Tabaja
b. mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 setelah diterapkan strategi Tabaja

6. Cara Pemecahan Masalah
Dalam bagian ini dipaparkan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik. Berdasarkan cara pemecahan yang dipaparkan, dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan ini dapat pula dituliskan pada bagian tersendiri.

7. Hipotesis Tindakan
Seperti yang telah dinyatakan di atas, hipotesis tindakan harus didasarkan pada konsep teoretis yang mantap dan diyakini kebenarannya. Hipotesis tindakan yang dimaksud dapat dicontohkan sebagai berikut.
(a) Dengan menggunakan strategi Tabaja, kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 dapat ditingkatkan.
(b) Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi Tabaja.
(c) Penggunaan strategi Tabaja dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009.
(d) Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 7a SMP Negeri I Ponorogo Tahun 2008/2009 dapat ditingkatkan dengan penggunaan strategi Tabaja.
Semua pernyataan hipotesis tindakan di atas sama maksudnya. Jadi, kita dapat memilih satu saja.

8. Kontribusi Penelitian
Pada bagian ini peneliti harus mengemukakan uraian tentang kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kontribusi akan memiliki nilai tambah apabila dapat dikemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

9. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini diuraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Beberapa hal perlu dipaparkan di sini, yakni teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yaitu yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan dapat dinyatakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi. Namun, apabila hipotesis tindakan telah dinyatakan pada bagian sebelumnya, hal itu tidak perlu diulangi lagi di sini.

10. Metode Penelitian
Hal-hal yang perlu diuraikan pada bagian ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan. Objek, latar waktu, dan lokasi penelitian harus dituliskan secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Peneliti harus menunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah-jumlah siklus diusahakan lebih dari satu, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah (cawu/semester) tidak terganggu oleh aktivitas penelitian.

11. Jadwal Penelitian
Di sini peneliti perlu membuat jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian dapat disusun kurang lebih selama 10 bulan, misalnya.


No. Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi pendahuluan v
2 Penyusunan proposal v
3 Penyusunn instrumen v
4 Pengumpulan data (siklus 1—3) v v
5 Pengalisisan data v v V
6 Penyus. draf laporan V v v
7 Seminar hasil penelt. v
8 Revisi laporan penelt. v

12. Personalia Penelitian
Jumlah personalia penelitian yang terlibat dalam penelitian perlu dituliskan. Dalam PTK setidak-tidaknya ada dua personalia karena penelitian ini dilakukan secara kolaboratif. Jadi, rasanya mustahil PTK hanya dilaksanakan oleh seorang guru sebab tidak mungkin rasanya dapat dilakukan sekaligus dua kegiatan yang memerlukan konsentrasi yang tinggi oleh satu orang, yakni mengajar dan mengobservasi kegiatan pembelajaran secara bersamaan.
Jika ada ketua peneliti dan anggotanya, harus dituliskan nama masing-masing secara jelas. Uraian juga memuat peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincian yang lebih konkret berisi informasi tentang nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas. Hal ini sama seperti yang terdapat pada Lembar Pengesahan untuk jenis PTK yang didanai oleh sponsor tertentu.


13. Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis secara konsisten dengan urutan secara alfabetis, tanpa nomor urut sumber bahan. Urutan tiap butir pustaka adalah nama pengarang, tahun penerbitan, judul (buku), kota penerbitan, dan nama penerbit. Contohnya dapat diamati di bawah ini.
Daftar Pustaka
Djojonegoro, Wardiman. 1996. Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020: Tuntutan terhadap Kualitas. Ceramah Mendikbud pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia III di Ujung Pandang. Depdikbud.
Dorros, Sidney. 1978. Teaching as Profession. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Goodlad, John I. 1984. A Place Called Scholl. New York: McGrawHill Book Company.
Kompas. 2001a. Baru 38 Persen Guru SD yang Layak Mengajar. 25 Januari. Jakarta.
Kompas. 2001b. Mendiknas Ingin Rekrutmen Guru Tetap oleh Pemerintah Pusat. 18 Januari. Jakarta.
Moedjiharto. 2000. Profesionalisme Guru untuk Merespon Otonomi Daerah. Dalam Media Informasi dan Komunikasi Unesa. Oktober.
Stinnett, T.M. 1968. Proffesional Problems of Teachers. NewYork: The Macmillan Company.
Suryadi, Ace. 2001. Menyoal Mutu Profesi Guru. Dalam Kompas. 9 Maret. Jakarta.
Suyanto. 2001. Guru yang Profesional dan Efektif. Dalam Kompas. 16 Februari. Jakarta.

14. Lampiran-lampiran
Lampiran pada proposal PTK meliputi (a) Riwayat Hidup Peneliti (Ketua dan Anggota), yang berisi pengalaman penelitian yang riel yang relevan dengan tema/topik penelitian saat ini) dan (b) instrumen penelitian.

0 komentar:

 

Blogroll

Site Info

  • e-ducation for all Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template